Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kereta BBM di Dukuh Lapang

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kenangan Masa Kecil

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Aku Jadi Teringat Sama Yatno

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Tempat Bermain Waktu Kecil

Sabtu, 24 November 2012

Sampah di Kota Makkah

Sudah beberapa hari ini ada pemandangan yang kurang sedap di pandang mata, sepanjang jalan hingga ke sudut kota banyak sampah berserakan hingga menumpuk yang menebarkan aroma bau busuk dan sangat menyengat. Tentunya sangat menggagu bukan hanya kesehatan saja, karena lalat-lalat juga mulai mengerubuti.

Makkah sebagai kota suci, pusatnya umat beragama islam untuk melaksanakan ibadah seharusnya di jaga kebersihan lingkungannya. Hampir empat hari yang saya lihat di tempat sampah sekitar masjidil haram dibiarkan saja. Sangat mengganggu orang yang berlalu lalang untuk melaksanakan ibadah di masjidil haram.

Hampir sepekan saya tidak melihat tukang sapu yang biasa bersih-besih di sekitar rumah, selain tukang kebersihan yang merawat masjidil haram yang saya jumpai. Baru kemarin sore sudah terlihat beberapa orang yang menyapu dijalanan. Kejadian sampah menumpuk sebenrnya bukan cuma kali ini, tapi beberapa bulan yang lalu juga sempat terjadi sampah menumpuk hingga empat hari tidak di angkut.

Sebetulnya apa yang terjadi semenjak ganti perusahaan yang mempekerjakan untuk kebersihan dan keindahan kota Makkah sering terjadi samapah menumpuk? Bukannya harus lebih baik dan bersih tapi malah sering kotor sampah dibiarkan menumpuk? Waktu saya tanya sama tukang sapu karena mobil sampah telat empat hari nggak diangkut, katanya mobilnya banyak yang rusak nggak dibetulin.

Tadi pagi saya ketemu lagi sama tukang sapu yang biasa nyapu disekitar rumah, dia bilang lima hari habis mogok kerja. Alasannya gaji telat tiga bulan dan untuk perpanjangan ijin tinggal (iqoma) dibebankan ke pekerja bukan perusahaan, padahal perusahaan yang dulu naggung semuanya. Padahal gaji tukang sapu sangat tidak layak, orang baru hanya menerima sekitar 150 real.

Padahal tukang sapu sangat berjasa menjaga kebersihan kota Makkah dengan gaji yang sangat minim mereka mau begelut dengan kotoran dan bau busuk. Semoga saja kejadian sampah menumpuk tidak terulang kembali mengingat kota tujuan umat muslim untuk melaksakan ibadah. Ada perhatian dari pihak terkait supaya tetap menjaga kota yang bersih, sesuai dengan namanya kota suci.


Tidak bisa kebayang seandainya waktu musim haji sampah-sampah tetap dibiarkan menumpuk, apa tidak sangat menggagu umat muslim yang datang dari seluruh penjuru dunia? Kebiasaan orang arab sendiri kadang kalau buang sampah seenaknya. Dari apartemennya cukup buka jendela buang ke jalan, nggak mau tahu ada orang jalan atau nggak main lempar saja.

Bukannya orang arab juga tahu, bahwa kebersihan sebagian dari iman?

Jumat, 09 November 2012

Sepenggal Kisah TKI Kaburan

Musibah dan penderitaan yang dialami nasib saudara kita yang menjadi tenaga migran di Arab Saudi seperti tiada hentinya. Para TKI yang mencoba mengadu nasib di negeri gurun dengan cita-cita mau merubah taraf perekonomian keluarganya membaik, kadang mudah diterjang badai ketidak adilan serta perbuatan semena-mena sang majikan. Sudah bukan rahasia umum lagi, nasib yang dialami para pahlawan devisa dimulai dari gaji tidak dibayar, pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian kerja, penganiayaan, pelecehan hingga pemerkosaan sering kerap terjadi dan dialami para tenaga kerja asal Indonesia.

Semua yang dialami para pekerja kita seolah tidak ada perlindungan atau perhatian dari pemerintah, sehingga kejadian demi kejadian seperti tidak ada hentinya. Karena orang arab menganggap nggak ada perhatian dari pemerintah kita, jadi mereka semakin seenaknya. Sayangnya lagi kejadian demi kejadian kadang jarang di ekpos, maka apa yang dialami para pekerja seolah tidak pernah terjadi. Kalau kasusnya benar-benar serius dan terungkap publik, baru pemberitaannya terkadang dibesar-besarkan.

Kasus tentang tenaga kerja asal Indonesia yang membunuh anak majikannya menjadi menu yang dimuat di media cetak dan elektronik di jazirah arab. Dan seolah pembantu kita adalah orang yang sangat biadab atas perbuatannya. Tapi kalau ada kasus pembantu orang Indonesia yang disiksa sama majikannya atau sampai dibunuh jarang bahkan hampir nggak ada yang diberitakan. Apakah ini termasuk sudah adil?

Ada sedikit pengalaman salah seorang TKW asal Losari - Brebes yang sempat beberapa waktu lalu bercerita pengalamannya dia selama bekerja jadi TKI. Saat ini (sebut saja) Diah, bukan lagi sebagai pekerja resmi. Hampir enam tahun Diah bekerja sabagai orang umrohan (istilah pekerja yang tidak memiliki ijin tinggal) dan sampai saat ini belum pernah pulang ke tanah air. Waktu saya tanya apa nggak kangen sama keluarga di rumah? Alasannya masih banyak kebutuhan yang masih dia tanggung.

Pengalaman yang pertama kali dia ceritakan saat masih bekerja sama majikannya di daerah Abha, beban pekerjaan yang Diah tanggung diluar batas-batas kemanusiaan. Diah sebenernya mencoba untuk bertahan hingga masa kontrak kerjanya habis, tapi kesabaran manusia kadang ada batasnya. Karena tekanan penderitaan serta batin yang tak kunjung membaik, akhirnya Diah pilih kabur untuk meninggalkan majikan. Walaupun masih banyak sisa gaji beberapa bulan yang belum dibayarkan. Karena setiap kali diminta selalu cuma janji "besok", tapi nyatanya nggak pernah dibayar.

Kebetulan Diah punya seorang teman waktu masih di Jakarta yang tinggal di Makkah, menikah dengan seorang warga negara Bangladesh. Temannya bersedia menjemput dengan suaminya asal dengan upah yang lumayan. Tadinya Diah bingung masalah ongkos tapi ada yang menyanggupi seorang kenalan lelaki asal NTB yang dia kenal lewat telepon. Dan orang NTB ini lah yang bersedia membantu menyediakan tempat dan lain sebagainya.

Setelah sampai Makkah akhirnya Diah bersedia menikah dengan orang yang telah banyak membantu, selain itu Diah memang butuh seorang yang bisa melindungi dan teman curhat. Tapi sayang Diah tidak menceritakan sama saya bahwa Diah statusnya sudah janda atau masih terikat penikahan alias masih punya suami. Karena kebanyakan wanita ilegal yang sering saya jumpai statusnya masih punya suami ngakunya janda dan menikah lagi tanpa sepengetahuan suaminya.

Tidak berapa lama Diah bersama suaminya mendapatkan pekerjaan suami istri dan majikannya nggak jauh dari tempat tinggal saya. Majikannya menempati rumah villa tiga tingkat yang ditempati bersama anak-anaknya serta menantunya. Di rumah majikannya sudah ada satu pembantu yang kebetulan masih satu daerah dengan Diah, sama-sama orang Brebes. Panggilannya Robi'ah kaburan dari Makkah juga dan sudah lama kerja di majikannya itu.

Majikannya sudah tua bahkan Diah kalau menyebut kakek, tapi istrinya masih agak muda ngajar di salah satu sekolah. Majikannya menyewa tiga apartemen dekat haram yang dijadikan hotel, yang ngurus anak sama menantunya kadang-kadang saja majikannya nengok. Karena lokasinya yang dekat dengan haram jadi hotelnya nggak pernah sepi selalu diisi jamaah umroh dari berbagai negara. Anak lelakinya tapi sering pergi ke luar negeri jadi di rumah kalau siang sering sepi karena anak perempuannya pergi kuliah.

Suasana sepi itu ternyata sering dimanfaatkan si kakek untuk berbuat yang tidak senonoh terhadap pembantunya yang bernama Robi'ah. dengan dijanjiin dan diiming-imingi hadiah sama majikannya akhir Robi'ah menurut aja kalau dipanggil majikannya masuk ke kamar dalam keadaan sepi. Mulanya minta dipijit tapi lama-lama bukan sekedar mijit malah servicenya lebih dari sekedar mijit. Kejadian seperti itu bukan cuma sekali, bahkan Diah sering memergoki kalau Robi'ah sering keluar dari kamar majikannya.

Kalau di tegur cuma mesam-mesem aja sambil berlalu. Akhirnya suatu hari Robi'ah bilang sama Diah kalau majikannya mau sama Diah, bahkan Robi'ah menyuruh Diah untuk melayani majikannya. Pertamanya semua omongan Robi'ah tidak pernah dimasukin ke hati, lama-lama Robi'ah sering ngomong sambil bilang mau diberi hadiah uang dan emas. Majikannya sendiri sering nyuri-nyuri kesempatan Diah untuk sering datang ke kamarnya, tapi Diah sering menolaknya.

Hampir tiga tahun lebih nggak terasa sudah kerja di majikan itu, dan selama itu pula Diah nggak pernah menceritan tingkah laku majikannya sama suaminya. Hingga suatu hari saking nggak kuatnya Diah menceritakan semua kelakuan majikannya. Betapa marahnya suami Diah tahu majikannya mau berbuat yang diluar dugaannya. Selama ini majikan yang dianggap baik ternyata menyimpan nafsu sama Diah.

Secara baik-baik suami Diah bilang sama majikannya kalau mereka sudah nggak mau kerja lagi sama majikan. Tapi majikannya cuma diam, karena nggak ada tanggapan apa-apa waktu majikannya ada di hotel suaminya Diah pamitan lagi untuk yang kedua kalinya. Setelah akhir bulan menerima gaji mereka jadi keluar kerja dan tinggal di penampungan. Dengan menyewa satu kamar patungan nyewa satu flat bareng-teman sesama pekerja ilegal.

Cuma butuh satu minggu suami Diah nganggur dan diterima kerja di hotel bawa bus ngangkut jamaah umroh. Karena Diah masih nganggur dan menjelang bulan ramadhan, suaminya minta tolong untuk mencarikan pekerjaan. Kebetulan ada orang arab yang butuh pembantu akhirnya aku tawarkan kalau mau, masalah gajih dan lainnya saya suruh telpon sendiri untuk perjanjiannya. Setelah sepakat aku di suruh nganter ke tempat kerjaannya.

Dua minggu kerja di majikan baru, aku di minta tolong nganter Diah mau istirahat libur sehari. Disaat aku nganter dalam perjalanan Diah banyak bercerita termasuk dengan majikannya yang sekarang. Diah betah kerja sama majikan yang baru cuma ada yang bikin kurang enak hati, yaitu pekerjaanya selalu di colek. Dinding pagi sudah di lap karena musim debu, majikannya sore bangun tidur nyolek dinding katanya nggak di lap. Tanpa banyak omong Diah lap lagi dindingnya.

Baru dua hari Diah kembali kerja suaminya kena musibah. Suaminya ketangkap mubahis (intel) karena nggak memiliki ijin tinggal. Awalnya mubahis nyari orang Indonesia yang mungkin karena kesangkut kasus. Dengan bekal foto mubahis menayakan orang itu sama suami Diah, tapi akhirnya tanya identitas. Karena nggak memiliki ijin tinggal dia langsung dibawa.

Hingga hari raya iedul fitri tiba, Diah belum di kasih libur karena masih banyak pekerjaan yang katanya harus diselesaikan. Padahal Diah sudah capek ingin istirahat karena selama bulan ramadhan kurang istirahat. Apalagi mikirin suaminya yang masih di penjara. Maklum di arab kalau bulan ramadhan yang namanya pembantu bisa tidur 2-3 jam sudah alhamdulillah. Malamnya baru di kasih izin dengan diantar sopir majikannya Diah pulang ke kontrakan.

Majikannya cuma ngasih izin sehari sedangkan Diah ingin dua hari. Ternyata dalam waktu Diah libur setiap saat majikannya telpon menanyakan kapan balik. Sedangkan dikontrakan hatinya Diah merasa sedikit terhibur karena banyak teman-temanya yang sedang menikmati libur lebaran. saking nggak sabarnya majikannya ngucapkan kata-kata kotor yang sudah sering diucapkan orang-orang arab kalau lagi marah. Karena merasa tersinggung akhirnya Diah memutuskan untuk tidak balik kerja lagi.

Karena masih butuh orang arab itu minta bantuan saya untuk merayunya supaya Diah mau kerja lagi. Dasar orang Indonesia gampang sakit hati dan merasa tersinggung kalau harga dirinya diinjak-injak, Diah tetep nggak mau balik lagi kerja malah nyari pekerjaan dengan majikan baru lagi. Semenjak dapat majikan baru Diah ganti nomor handphone hingga saat ini aku kehilangan kontak. Semoga saja nasibnya baik dapat majikan seperti yang kita harapkan.

Itulah sedikit gambaran salah satu saudara kita yang bekerja di negeri kerajaan yang kaya dengan petro dolar. Banyak yang mengira kerja jadi TKI itu enak bisa kirim uang berjuta-juta, tapi mereka nggak tahu resikonya. Keluhan seorang pembantu, orang rumah tahunya minta kiriman nggak mau tahu kerjanya kadang nyawa jadi taruhannya. Untuk anda yang ingin kerja pergi ke luar negeri mohon di pikir matang-matang juga persiapan mental. Banyak contoh dan yang menjadi korbannya.

Minggu, 24 Juni 2012

Bulan Sya'ban

Beberapa hari yang lalu, aku bersih-bersih kamar untuk mengisi hari-hari libur dari pada nggak ada kegiatan. Di antara tumpukan kertas, aku menemukan lembaran tulisan yang isinya mengenai bulan Sya'ban. Mungkin ada manfaatnya bila aku tulis kembali bagi para pembaca yang belum sempat tahu makna dari bulan Sya'ban. Dalam kertas itu yang berjudul Bulan Sya'ban (Perkara Yang Disyari'atkan dan Yang Tidak Disyari'atkan), tidak disebutkan penulis atau penerbitnya.

Perkara Yang Disyari'atkan
1. Siapa yang memasuki bulan Sya'ban sementara dia punya qadha puasa Ramadhan, wajib baginya untuk segera menggantinya jika dia mampu, tidak boleh baginya untuk menundanya hingga setelah Ramadhan berikutnya jika tidak ada halangan.
    Siapa yang tidak mengganti qadha puasanya hingga berakhir bulan Sya'ban maka wajib baginya bertaubat atas kelalaiannya dan dia tetap diwajibkan mengganti puasanya tersebut ditambah membayar kafarat setiap hari yang ditinggalkan dengan memberikan kepada orang miskin satu mud beras (atau makanan pokok lainnya)
2. Disunnahkan untuk memperbanyak shoum (puasa) pada bulan Sya'ban, karena Rasulullah saw dahulu selalu melakukannya. Dalam kitab As-Shohihain (Shahih Bukhori dan Muslim) terdapat hadits Aisyah radiallahuanha, dia berkata: "Aku belum pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan shoum selama satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat beliau memperbanyak shoum dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya'ban"
     Hikmah diperintahkannya untuk memperbanyak shoum pada bulan Sya'ban -wallahua'lam- adalah sebagai pembukaan bagi bulan Ramadhan yang diwajibkan shoum padanya, agar terlatih untuk melakukanshoum pada bulan tersebut.
3. Tidak boleh menyambung shoum pada bulan sya'ban hingga bulan Ramadhan. Sehari atau dua hari terakhirpada bulan Sya'ban harus dihentikan, kecuali jika pada hari itu berbarengan dengan hari yang biasa dia melakukan shoum padanya, seperti hari Senin atau Kamis, maka dia boleh melakukannya. Terdapat dalam kitab As-Shoihain dari hadits Abu Hurairah radiallahuanhu dari Nabi saw beliau bersabda: "Jangan kalian dahulukan Ramadhan dengan shoum sehari atau dua hari, kecuali (pada hari) yang dia (biasa) shoum, maka shoumlah"
     Para ulama menyebutkan hikmahnya dalam masalah ini, yaitu: "agar puasa bulan Ramadhan tidak ditambah dengan puasa selainnya sebagaimana untuk tujuan yang sama juga dilarang shoum pada hari raya (hari 'Ied). Begitu juga hikmah yang lainnya, sebagaimana diketahui bahwa antara perbuatan sunnah (nafl) dan perbuatan wajib (fardhu) hendaknya ada pemisah (jeda) waktu pelaksanaannya, sebagaimana antara sholat nafilah (sunnah) dan sholat fardhu".

Perkara-perkara Yang Tidak Disyari'atkan
1. Mengkhususkan hari dan malam Nihsfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban) dengan melakukan shoum dan sholat, semua perbuatan tersebut tidak ada riwayat yang shahih dari Rasulullah saw, juga dari para shahabatnya. Hal tersebut merupakan perkara yang diada-adakannya.
    Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunnahnya, bahwa Rasulullah saw bersabda: "jika datang malam Nishfu Sya'ban maka beribadalah pada malam harinya dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah ta'ala turun pada hari itu saat matahari terbenam di langit dunia seraya berfirman: "siapa yang meminta ampun akan Aku ampuni, siapa yang meminta rizki akan Aku beri rizki, siapa yang sakit akan Aku sembuhkan". Hadits ini dilemahkan oleh Imam Bukhori dan lainnya.
2. Adapun mengenai keutamaan malam Nishfu Sya'ban, maka berkatalah Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah: "mengenai keutamaan malam Nishfu Sya'ban terdapat sejumlah hadits yang diperselisihkan kedudukannya, sebagian besar ulama melemahkannya, sedangkan Ibnu Hibban menyatakan shahih sebagiannya dan menempatkannya dalam kitab Shahihnya (Latha'iful Ma'arif: 143). Perlu diketahui bahwa Ibnu Hibban dikenal oleh ulama hadits sebagai orang yang menggampangkan dalam men-shahihkan hadits.
3. Disebagian tafsir disebutkan bahwa: Malam mulia yang padanya diturunkan Al Quran yang termasuk dalam firman Allah swt   (إنا أنزلنا في ليله مباركه)
adalah malam Nishfu Sya'ban. Pendapat ini keliru dan menyimpang dari kandungan Al Quran itu sendiri, dan para ulama telah membantahnya. Al Qurthubi seraya mengutip Abu Bakar bin Arabi berkata dalam tafsirnya: "diantara mereka ada yang mengatakan bahwa malam tersebut (maksudnya lailatul qadar) terjadi pada malam Nishfu Sya'ban, itu adalah pendapat yang keliru, karena Allah ta'ala tatkala berfirman dalam kitab-Nya menjelaskan bahwa waktu turunnya Al Quran adalah pada bulan Ramadhan dan kemudian menetapkan waktu malamnya dalam ayat (في ليله مباركه)
maka siapa yang menyangka bahwa hal tersebut terjadi pada waktu selainnya maka itu merupakan dusta yang sangat besar terhadap Allah ta'ala".