Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kereta BBM di Dukuh Lapang

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kenangan Masa Kecil

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Aku Jadi Teringat Sama Yatno

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Tempat Bermain Waktu Kecil

Jumat, 21 November 2014

Surga Di Telapak Kaki Ibu

الْجَنَّة تَحْت أَقْدَام الْأُمَّهَات قَالَ رَوَاهُ أَحْمَد وَالنَّسَائِيّ وَابْن مَاجَهْ وَالْحَاكِم

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”. (HR. Ahmad, an-Nasaai, Ibn Maajah dan al-Hakim)


( الجنة تحت أقدام الأمهات ) يعني لزوم طاعتهن سبب قريب لدخول الجنة

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”.Artinya selalu mentaatinya menjadikan sebab akan dekatnya seseorang memasuki surga.
At-Taysiir Bi Syarh al-Jaami’ as-Shaghiir I/996

«الجنة تحت أقدام الأمهات» ويعني: أن من بر أمه وقام بحقها دخل الجنة

“Surga itu dibawah telapak kaki ibu”. Artinya barangsiapa yang berbkti dan memenuhi hak-hak ibunya miscaya masuk surga.
Daliil al-Faalichiin I/245

Dan masih banyak lagi dalil serta hadis yang menerangkan tentang betapa mulianya seorang ibu untuk benar-benar dihormati, karena tanpa pamrih telah mengandung, melahirkan hingga merawat dengan pengorbanan yang tanpa pamrih.

Ada sebuah kisah seorang anak yang ingin berbakti kepada ibunya, namun sang suami kadang sering menghalangi istrinya meskipun hanya sekedar berkunjung. Kisah ini nyata yang benar terjadi di Jeddah - Saudi Arabia.

 Menimpa keluarga orang arab yang terkena musibah gara-gara sang istri ingin membesuk ibunya di rumah sakit, tapi sang suami tidak mengijini pergi. Entah itu hanya suatu musibah, tapi kejadiannya seakan berturut-turut.

Berawal dari sang istri ingin menengok ibunya yang masuk rumah sakit, dan masih menunggu perawatan di ruang tunggu karena belum dapat kamar perawatan. Ibunya tinggal di kota Makkah, yang menempur perjalanan untuk mencapai rumah sakit kurang lebih satu jam seperempat.

Dengan memohon dan merengek-rengek istrinya minta diantarkan suaminya menjenguk ibunya karena masih di ruang tunggu instalasi gawat darurat. Karena nggak punya sopir jadi cuma suaminya yang bisa dimintain tolong untuk mengantarkan.

Padahal jarak dari rumahnya ke rumah sakit tidak sampai setengah jam. Tapi suaminya tanpa alasan yang jelas tetap bersikeras tidak mau mengantarkan. Hingga sebelum adzan maghrib suaminya pergi bawa mobil keluar.

Di kira istrinya suaminya pergi ke masjid, tapi nggak seperti biasanya bawa mobil. Mungkin biar tidak dimintain tolong mengantarkan ke rumah sakit, pikir istrinya. Sampai habis maghrib istrinya menunggu tidak datang, hingga waktu sholat isha tiba.

Tiba-tiba dikejutkan suara "bruk..!!" yang sangat keras dari depan rumahnya. Saking kagetnya istrinya buru-buru keluar, nggak tahunya sang suami mobilnya menabrak pintu gerbang rumahnya.
Pintunya roboh mesin otomatis pintunya rusak.

Besoknya manggil tukang untuk betulin pintu pagar rumah, sama bawa mobil ke bengkel untuk betulin mobilnya yang penyok. Juga beli otomatis pintu pagarnya yang rusak karena tidak bisa dibetulin. Akhirnya banyak pengeluaran atas kejadian itu.

Selang beberapa hari suaminya ke bengkel bermaksud melihat mobilnya yang sedang diperbaiki dengan mengendarai mobil yang satunya. Bermaksud hendak parkir, nggak tahunya mobilnya malah nabarak temboknya bengkel. Jadi mobil dua-duanya terpaksa harus masuk perawatan bengkel.

Kata istrinya, "tuh kan gara-gara nggak mau nganter aku jadinya seperti itu." aku yang diceritain cuma nyengir aja.



 

Kamis, 20 November 2014

Korban Jejaring Sosial

Serapat-rapatnya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Peribahasa itu memang sudah tidak terdengar asing lagi di telinga kita, namun banyak orang yang tidak menyadari. Bahwa melakukan hal sesuatu pasti ada resikonya dan hal itu jarang disadari.

Seperti yang pernah saya alami beberapa tahun silam (maaf bukannya saya sedang mengungkit masa lalu), tapi baru beberapa hari ini saya menemukan jawabannya. Dan semoga ini hanya dugaan saya dan semuanya tidak benar, karena yang timbul nantinya akan menjadi fitnah.

Beberapa tahun yang lalu, rumah tangga kami sempat mendapat cobaan yang sangat berat. Sehingga meninggalkan trauma dan kegetiran dalam hidup saya. Dimana dimulai saat istri mulai berubah sikap (mungkin hanya perasaan saya), tapi lama-lama rasanya hati nggak tahan juga.

Dengan adanya jejaring sosial yang dimiliki istri saya seakan perhatiannya lebih ke temannya dari pada saya sebagai suami. Dia sering curhat ke orang lain, tanpa sadar dengan membuka aib rumah tangganya sendiri. Parahnya lebih percaya temannya yang baru dikenal dari pada suami.

Tanpa bosan saya sering nasehatin jangan mudah percaya sama orang yang baru kamu kenal, tapi dasar orangnya keras dan hatinya tidak bisa tersentuh sedikit, dia malah balik marah. Cuma bisa pasrah dan menangis dalam hati. Sering aku merasakan nyeri di dada tapi saya diamkan.

Percuma juga kalau saya ngomong orang nyatanya dia lagi tergila-gila dengan temannya lewat jejaring sosial. Saya mengakui ada kekurangan dalam diri saya yang belum bisa membahagiakan istri, tapi bukannya aku tanpa usaha untuk meperbaiki diri.

Namun kenapa semua harus di ungkap ke orang lain? Apakah sudah tidak takut lagi dengan yang namanya dosa? Dari hari ke hari semakin dingin sikapnya, sampai saya punya niat jelek. Tapi segera aku tepis karena aku ingat dengan buah hatiku yang masih butuh perhatian.

Saya tak ingin mengulang untuk yang kedua kalinya menyakiti perasaan anak darah dagingku sendiri.
Masih menyisakan penyesalan yang tiada tara, yang belum bisa saya tebus semua kesalahanku. Saya sebagai manusia lemah lama-lama hilang juga kesabaranku.

Kesabaranku menghadapi istri seperti meletusnya gunung berapi saat itu, dimana saya sebagai suami seakan harga diriku di injak dengan bentakannya yang keras. Secara reflek saya langsung meludahi istriku, perbuatan itu jelas-jelas saya salah. Tapi bukan tanpa sebab saya melakukan itu.

Hingga akhirnya istri minta pisah. Saya tidak akan menyangka istri akan mengucapkan kata-kata itu tanpa ada orang lain dibelakangnya. Bahkan istri bilang ada orang lain yang mengisi hatinya bukan saya. Kata-kata itu akan selalu saya ingat dan tidak akan lupa. Sampai saya ingin tahu ada apa dengan semua itu.

Ternyata Allah membukakan jawaban atas apa yang pernah menjadi pertanyaan dalam hidup saya. Tanpa sengaja saya membuka-buka handphone punya istri yang sekarang di pegang anak saya. Betapa terkejutnya ketika ada photo laki-laki lain berdampingan dengan istri saya (editan: pen).

Secara hati-hati saya menanyakan photo laki-laki yang sendirian, takutnya kalau tanya langsung bakal meledak amarahnya. Jawaban istri saya itu pacar teman karibnya yang sekarang sudah tidak bertemanan lagi. Selang beberapa harinya saya tanyakan lagi photo dia yang berdampingan dengan lelaki itu.

Baru terungkap alasannya itu dulu waktu masih belum kenal saya. Padahal saya sudah dinasehatin teman istri saya yang pulang. Tapi saya masih percaya sama istri saya ketimbang temannya. Dan istri saya bilang lagi dia sering curhat waktu rumah tangga kami punya masalah.

Sedangkan saya dinasehatin temannya jauh-jauh beberapa bulan sebelum teman istriku pulang. Saya dari situ sudah mulai curiga dengan gelagat istri saya. Tapi belum ada buktu sampai-sampai saya mencoba buka-buka akun miliknya.

Kalau lihat di tanggal photonya, memang photo itu dibuat sebelum kami bertengkar. Tapi sudahlah saya nggak mau nambah masalah dalam keluarga saya, jadi sudah tidak saya bahas lagi. Takutnya malah istri marah-marah dan yang kena korbannya anak-anak kami.

Semua pengalaman itu saya ambil hikmahnya, semoga apa yang pernah saya alami jangan sampai terjadi dengan orang lain. Jejaring sosial yang sekarang ini semakin marak banyak yang telah menjadi korban. Tinggal bagaimana kita bisa menyikapi fasilitas yang ada di handphone untuk kegiatan yang lebih berguna dan bermanfaat.

Dan semoga saja jangan sampai terulang untuk kedua kalinya menimpa keluarga saya yang menyebabkan rumah tangga hampir berantakan. Saya berharap sama istri kalau ada masalah bisa diselesaikan atau dibicarakan bersama, jangan selingkuh dibelakang. Kalau memang ada kekurangan dalam rumah tangga, bicarakan bersama jangan sama orang lain.

Kita hancur orang lain yang tidak suka akan bertepuk tangan merayakan kemenangannya. Seandainya rumah tangga kita rapuh, bagaimana caranya supaya kuat menjadi kokoh. Bukannya minta bantuan orang lain yang justru akan menggerogoti dan menghancurkannya.

Renungan malam ini sengaja saya tuangkan dalam tulisan ini, sekali lagi tidak ada maksud atau hal lain untuk membongkar aib orang. Tapi pengalaman ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam rumah tangga kami. Supaya kelak dapat berjalan sesuai ridho Allah dan sesuai dengan tuntunan kanjeng nabi Muhammad SAW... Aamiin...

Senin, 11 Agustus 2014

Balapulang

enyong cilik dolalane ning lapangan
angon kebo karo dolanan bal-balan
kanca batir ana sing dolan layangan
bocah-bocah pada luruh kesenengan

dina minggu ngumbah sepatu ning kali
ucek-ucek ora ketang klambi siji
kali cilik sing saiki dadi saksi
kawit mbiyen biasa belajar mandiri

barang gede uripku ning perantauan
golet duit cukup kanggo sandang pangan
tetep eling tempat sing penuh kenangan
kota jintul sing arane balapulang

       padang wulan lampune mati
       aja dugal angger wong nglarani ati
       balapulang ora nguati
       yen ditinggal kangene setengah mati

       mangan gedang ngisor wit jati
       dingapura yen ana wong sing nyakiti
       balapulang nganti saiki
       ora bisa bakalan pindah sing ati

Senin, 25 November 2013

Jangan Suka Jajan Sembarangan

Teringat pesan itu dari seorang pengajar kepada anak didiknya supaya tidak jajan di sembarang tempat. Maksudnya agar anak yang jajan diluar terhindar dari penyakit, dikhawatirkan jajanan yang disajikan terkena kuman yang bisa menyebabkan sakit perut atau penyakit lainnya. Ternyata pesan itu bukan hanya berlaku untuk anak kecil yang masih sekolah, tapi juga buat orang dewasa atau yang sudah berumah tangga sekalipun.
 
Terispirasi dari kasus seorang istri yang tertular penyakit dari suaminya yang suka jajan di luar, dan seorang pengantin baru terjangkit virus yang membahayakan karena salah seorang pasangannya terjangkit penyakit. Saya akan menulis cerita yang berkaitan dengan orang yang suka jajan sembarangan.
 
Wakijo seorang buruh serabutan yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia tinggal bersama seorang istri di rumah sederhana peninggalan orang tuanya. Istrinya Turkiyem seorang istri yang baik nggak pernah nuntut macem-macem meskipun hidup serba kekurangan. Dalam rumah tangga yang sederhana hubungan rumah tanggnya cukup harmonis. Cuma sayang kadang Wakijo untuk keinginan hasrat biologisnya sangat tinggi. Sedangkan istrinya tanpa alasan yang pasti suka ogah-ogahan melayani suaminya.
 
Meskipun Wakijo sering pulang tidak membawa uang, istrinya suka menyambut kedatanagn suaminya dengan teh hangat walaupun dengan muka sedikit masam. Wakijo memaklumi karena istrinya sedang bingung untuk masak besok tidak ada. Sehabis isha Turkiyem ngelonin anaknya yang masih balita, Wakijo rebahan disampingnya. Setelah anaknya tertidur Wakijo minta jatah seperti biasa tapi istrinya menolak. Dengan sedikit rayuan dan janji supaya istrinya mau melayani tetap ditolak.
 
Dengan rasa kesal dan hati sedikit dongkol Wakijo keluar rumah untuk mencari angin untuk menghilangkan rasa yang sudah di ubun-ubun. Sebatang rokok yang masih terselit disaku menjadi teman Wakijo menuju taman yang ada di tengah kota. Sambil melihat banyak orang yang sedang menikmati malam, tiba-tiba Wakijo didekati seorang wanita dengan aroma parfum yang sangat menusuk hidung.
 
Tanpa basa-basi wanita itu memperkenalkan diri tapi Wakijo menanggapinya dengan dingin karena hatinya masih dongkol sama sikap istrinya tadi. Setelah bicara ngalor-ngidul tanpa ada arah pembicaraan yang jelas, diujung cerita terjadi tawar menawar harga. Wakijo teringat masih ada uang 20 ribu terselip di saku yang belum sempat di kasih ke istrinya upah dari bongkar muatan sebelum maghrib. Dari pada nggak dapat pelanggan fiukir si wanita itu, akhirnya menerima juga.
 
Baru sekali ini Wakijo akan melakukan perbuatan keji, dan baru sekali ini juga Wakijo mengkhiananti istrinya. Karena fikiran Wakijo sudah dirasuki hawa syetan makanya nurut aja waktu si wanita penjaja cinta itu mengajaknya ke semak-semak. Dengan beralaskan kardus Wakijo melampiaskan hasratnya, ternyata Wakijo menikmati service luar biasa yang belum pernah dia rasakan dari istrinya.
 
Setelah selesai Wakijo pulang dengan langkah gontai, apa yang baru dia rasakan tadi masih teringat dan menghantui fikirannya. Wakijo pengin mengulangi lagi tapi nggak punya uang. Sampai rumah istrinya sudah tertidur pulas. Dengan posisi istrinya tidur terlantang, Wakijo naik ranjang perlahan-lahan. Karena ingin sekali lagi menuntaskan hasratnya yang masih tersisa. Merasa kaget istrinya terbangun, memberontak. Sekuat tenaga Wakijo memaksa istrinya yang akhirnya pasah melayani juga. 
 
Paginya bangun tidur Wakijo ke kamar mandi. Di saat kencing ujung kemaluannya terasa pedih,dia kaget karena nggak biasa-biasanya. Sampai siang hingga sore kalau kencing lagi-lagi merasakan panas dan pedih pada kemaluannya. Wakijo mau beli obat nggak punya duit, apa lagi untuk berobat ke dokter. Selang dua hari istrinya terserang demam yang sangat tinggi. Dengan terpaksa Wakijo pinjam uang sama tetangga dan membawa istrinya untuk berobat juga.
 
Tentu pembaca sudah bisa menebak apa terjadi selanjutnya. Wakijo dan Turkiyem terkena penyakit menular yang sangat membahayakan. Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan yang tersisa. Gara-gara istrinya nggak mau melayani dan suaminya akhirnya jajan diluar untuk menikmati nikmat yang sesaat. Penyakit yang mereka dapat setelah berbuat maksiat.
 
Tulisan ini semoga bisa bermanfaat, buat renungan untuk kita semua. Bagi yang masih lajang hindari pergaulan bebas. Untuk suami istri atau yang beruamah tangga hendaknya harus ada komunikasi supaya bisa saling mengeti diri masing-masing. Seandainya ada masalah atau halangan sesuatu katakan. Kalau ada cerita yang menyerempet ini hanya kebetulan belaka, dan tokoh karakter hanya karangan penulis saja. Tidak ada maksud tertentu dan mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang pantas dalam penyajian.
 
 
 

Sabtu, 24 November 2012

Sampah di Kota Makkah

Sudah beberapa hari ini ada pemandangan yang kurang sedap di pandang mata, sepanjang jalan hingga ke sudut kota banyak sampah berserakan hingga menumpuk yang menebarkan aroma bau busuk dan sangat menyengat. Tentunya sangat menggagu bukan hanya kesehatan saja, karena lalat-lalat juga mulai mengerubuti.

Makkah sebagai kota suci, pusatnya umat beragama islam untuk melaksanakan ibadah seharusnya di jaga kebersihan lingkungannya. Hampir empat hari yang saya lihat di tempat sampah sekitar masjidil haram dibiarkan saja. Sangat mengganggu orang yang berlalu lalang untuk melaksanakan ibadah di masjidil haram.

Hampir sepekan saya tidak melihat tukang sapu yang biasa bersih-besih di sekitar rumah, selain tukang kebersihan yang merawat masjidil haram yang saya jumpai. Baru kemarin sore sudah terlihat beberapa orang yang menyapu dijalanan. Kejadian sampah menumpuk sebenrnya bukan cuma kali ini, tapi beberapa bulan yang lalu juga sempat terjadi sampah menumpuk hingga empat hari tidak di angkut.

Sebetulnya apa yang terjadi semenjak ganti perusahaan yang mempekerjakan untuk kebersihan dan keindahan kota Makkah sering terjadi samapah menumpuk? Bukannya harus lebih baik dan bersih tapi malah sering kotor sampah dibiarkan menumpuk? Waktu saya tanya sama tukang sapu karena mobil sampah telat empat hari nggak diangkut, katanya mobilnya banyak yang rusak nggak dibetulin.

Tadi pagi saya ketemu lagi sama tukang sapu yang biasa nyapu disekitar rumah, dia bilang lima hari habis mogok kerja. Alasannya gaji telat tiga bulan dan untuk perpanjangan ijin tinggal (iqoma) dibebankan ke pekerja bukan perusahaan, padahal perusahaan yang dulu naggung semuanya. Padahal gaji tukang sapu sangat tidak layak, orang baru hanya menerima sekitar 150 real.

Padahal tukang sapu sangat berjasa menjaga kebersihan kota Makkah dengan gaji yang sangat minim mereka mau begelut dengan kotoran dan bau busuk. Semoga saja kejadian sampah menumpuk tidak terulang kembali mengingat kota tujuan umat muslim untuk melaksakan ibadah. Ada perhatian dari pihak terkait supaya tetap menjaga kota yang bersih, sesuai dengan namanya kota suci.


Tidak bisa kebayang seandainya waktu musim haji sampah-sampah tetap dibiarkan menumpuk, apa tidak sangat menggagu umat muslim yang datang dari seluruh penjuru dunia? Kebiasaan orang arab sendiri kadang kalau buang sampah seenaknya. Dari apartemennya cukup buka jendela buang ke jalan, nggak mau tahu ada orang jalan atau nggak main lempar saja.

Bukannya orang arab juga tahu, bahwa kebersihan sebagian dari iman?

Jumat, 09 November 2012

Sepenggal Kisah TKI Kaburan

Musibah dan penderitaan yang dialami nasib saudara kita yang menjadi tenaga migran di Arab Saudi seperti tiada hentinya. Para TKI yang mencoba mengadu nasib di negeri gurun dengan cita-cita mau merubah taraf perekonomian keluarganya membaik, kadang mudah diterjang badai ketidak adilan serta perbuatan semena-mena sang majikan. Sudah bukan rahasia umum lagi, nasib yang dialami para pahlawan devisa dimulai dari gaji tidak dibayar, pekerjaan yang tidak sesuai dengan perjanjian kerja, penganiayaan, pelecehan hingga pemerkosaan sering kerap terjadi dan dialami para tenaga kerja asal Indonesia.

Semua yang dialami para pekerja kita seolah tidak ada perlindungan atau perhatian dari pemerintah, sehingga kejadian demi kejadian seperti tidak ada hentinya. Karena orang arab menganggap nggak ada perhatian dari pemerintah kita, jadi mereka semakin seenaknya. Sayangnya lagi kejadian demi kejadian kadang jarang di ekpos, maka apa yang dialami para pekerja seolah tidak pernah terjadi. Kalau kasusnya benar-benar serius dan terungkap publik, baru pemberitaannya terkadang dibesar-besarkan.

Kasus tentang tenaga kerja asal Indonesia yang membunuh anak majikannya menjadi menu yang dimuat di media cetak dan elektronik di jazirah arab. Dan seolah pembantu kita adalah orang yang sangat biadab atas perbuatannya. Tapi kalau ada kasus pembantu orang Indonesia yang disiksa sama majikannya atau sampai dibunuh jarang bahkan hampir nggak ada yang diberitakan. Apakah ini termasuk sudah adil?

Ada sedikit pengalaman salah seorang TKW asal Losari - Brebes yang sempat beberapa waktu lalu bercerita pengalamannya dia selama bekerja jadi TKI. Saat ini (sebut saja) Diah, bukan lagi sebagai pekerja resmi. Hampir enam tahun Diah bekerja sabagai orang umrohan (istilah pekerja yang tidak memiliki ijin tinggal) dan sampai saat ini belum pernah pulang ke tanah air. Waktu saya tanya apa nggak kangen sama keluarga di rumah? Alasannya masih banyak kebutuhan yang masih dia tanggung.

Pengalaman yang pertama kali dia ceritakan saat masih bekerja sama majikannya di daerah Abha, beban pekerjaan yang Diah tanggung diluar batas-batas kemanusiaan. Diah sebenernya mencoba untuk bertahan hingga masa kontrak kerjanya habis, tapi kesabaran manusia kadang ada batasnya. Karena tekanan penderitaan serta batin yang tak kunjung membaik, akhirnya Diah pilih kabur untuk meninggalkan majikan. Walaupun masih banyak sisa gaji beberapa bulan yang belum dibayarkan. Karena setiap kali diminta selalu cuma janji "besok", tapi nyatanya nggak pernah dibayar.

Kebetulan Diah punya seorang teman waktu masih di Jakarta yang tinggal di Makkah, menikah dengan seorang warga negara Bangladesh. Temannya bersedia menjemput dengan suaminya asal dengan upah yang lumayan. Tadinya Diah bingung masalah ongkos tapi ada yang menyanggupi seorang kenalan lelaki asal NTB yang dia kenal lewat telepon. Dan orang NTB ini lah yang bersedia membantu menyediakan tempat dan lain sebagainya.

Setelah sampai Makkah akhirnya Diah bersedia menikah dengan orang yang telah banyak membantu, selain itu Diah memang butuh seorang yang bisa melindungi dan teman curhat. Tapi sayang Diah tidak menceritakan sama saya bahwa Diah statusnya sudah janda atau masih terikat penikahan alias masih punya suami. Karena kebanyakan wanita ilegal yang sering saya jumpai statusnya masih punya suami ngakunya janda dan menikah lagi tanpa sepengetahuan suaminya.

Tidak berapa lama Diah bersama suaminya mendapatkan pekerjaan suami istri dan majikannya nggak jauh dari tempat tinggal saya. Majikannya menempati rumah villa tiga tingkat yang ditempati bersama anak-anaknya serta menantunya. Di rumah majikannya sudah ada satu pembantu yang kebetulan masih satu daerah dengan Diah, sama-sama orang Brebes. Panggilannya Robi'ah kaburan dari Makkah juga dan sudah lama kerja di majikannya itu.

Majikannya sudah tua bahkan Diah kalau menyebut kakek, tapi istrinya masih agak muda ngajar di salah satu sekolah. Majikannya menyewa tiga apartemen dekat haram yang dijadikan hotel, yang ngurus anak sama menantunya kadang-kadang saja majikannya nengok. Karena lokasinya yang dekat dengan haram jadi hotelnya nggak pernah sepi selalu diisi jamaah umroh dari berbagai negara. Anak lelakinya tapi sering pergi ke luar negeri jadi di rumah kalau siang sering sepi karena anak perempuannya pergi kuliah.

Suasana sepi itu ternyata sering dimanfaatkan si kakek untuk berbuat yang tidak senonoh terhadap pembantunya yang bernama Robi'ah. dengan dijanjiin dan diiming-imingi hadiah sama majikannya akhir Robi'ah menurut aja kalau dipanggil majikannya masuk ke kamar dalam keadaan sepi. Mulanya minta dipijit tapi lama-lama bukan sekedar mijit malah servicenya lebih dari sekedar mijit. Kejadian seperti itu bukan cuma sekali, bahkan Diah sering memergoki kalau Robi'ah sering keluar dari kamar majikannya.

Kalau di tegur cuma mesam-mesem aja sambil berlalu. Akhirnya suatu hari Robi'ah bilang sama Diah kalau majikannya mau sama Diah, bahkan Robi'ah menyuruh Diah untuk melayani majikannya. Pertamanya semua omongan Robi'ah tidak pernah dimasukin ke hati, lama-lama Robi'ah sering ngomong sambil bilang mau diberi hadiah uang dan emas. Majikannya sendiri sering nyuri-nyuri kesempatan Diah untuk sering datang ke kamarnya, tapi Diah sering menolaknya.

Hampir tiga tahun lebih nggak terasa sudah kerja di majikan itu, dan selama itu pula Diah nggak pernah menceritan tingkah laku majikannya sama suaminya. Hingga suatu hari saking nggak kuatnya Diah menceritakan semua kelakuan majikannya. Betapa marahnya suami Diah tahu majikannya mau berbuat yang diluar dugaannya. Selama ini majikan yang dianggap baik ternyata menyimpan nafsu sama Diah.

Secara baik-baik suami Diah bilang sama majikannya kalau mereka sudah nggak mau kerja lagi sama majikan. Tapi majikannya cuma diam, karena nggak ada tanggapan apa-apa waktu majikannya ada di hotel suaminya Diah pamitan lagi untuk yang kedua kalinya. Setelah akhir bulan menerima gaji mereka jadi keluar kerja dan tinggal di penampungan. Dengan menyewa satu kamar patungan nyewa satu flat bareng-teman sesama pekerja ilegal.

Cuma butuh satu minggu suami Diah nganggur dan diterima kerja di hotel bawa bus ngangkut jamaah umroh. Karena Diah masih nganggur dan menjelang bulan ramadhan, suaminya minta tolong untuk mencarikan pekerjaan. Kebetulan ada orang arab yang butuh pembantu akhirnya aku tawarkan kalau mau, masalah gajih dan lainnya saya suruh telpon sendiri untuk perjanjiannya. Setelah sepakat aku di suruh nganter ke tempat kerjaannya.

Dua minggu kerja di majikan baru, aku di minta tolong nganter Diah mau istirahat libur sehari. Disaat aku nganter dalam perjalanan Diah banyak bercerita termasuk dengan majikannya yang sekarang. Diah betah kerja sama majikan yang baru cuma ada yang bikin kurang enak hati, yaitu pekerjaanya selalu di colek. Dinding pagi sudah di lap karena musim debu, majikannya sore bangun tidur nyolek dinding katanya nggak di lap. Tanpa banyak omong Diah lap lagi dindingnya.

Baru dua hari Diah kembali kerja suaminya kena musibah. Suaminya ketangkap mubahis (intel) karena nggak memiliki ijin tinggal. Awalnya mubahis nyari orang Indonesia yang mungkin karena kesangkut kasus. Dengan bekal foto mubahis menayakan orang itu sama suami Diah, tapi akhirnya tanya identitas. Karena nggak memiliki ijin tinggal dia langsung dibawa.

Hingga hari raya iedul fitri tiba, Diah belum di kasih libur karena masih banyak pekerjaan yang katanya harus diselesaikan. Padahal Diah sudah capek ingin istirahat karena selama bulan ramadhan kurang istirahat. Apalagi mikirin suaminya yang masih di penjara. Maklum di arab kalau bulan ramadhan yang namanya pembantu bisa tidur 2-3 jam sudah alhamdulillah. Malamnya baru di kasih izin dengan diantar sopir majikannya Diah pulang ke kontrakan.

Majikannya cuma ngasih izin sehari sedangkan Diah ingin dua hari. Ternyata dalam waktu Diah libur setiap saat majikannya telpon menanyakan kapan balik. Sedangkan dikontrakan hatinya Diah merasa sedikit terhibur karena banyak teman-temanya yang sedang menikmati libur lebaran. saking nggak sabarnya majikannya ngucapkan kata-kata kotor yang sudah sering diucapkan orang-orang arab kalau lagi marah. Karena merasa tersinggung akhirnya Diah memutuskan untuk tidak balik kerja lagi.

Karena masih butuh orang arab itu minta bantuan saya untuk merayunya supaya Diah mau kerja lagi. Dasar orang Indonesia gampang sakit hati dan merasa tersinggung kalau harga dirinya diinjak-injak, Diah tetep nggak mau balik lagi kerja malah nyari pekerjaan dengan majikan baru lagi. Semenjak dapat majikan baru Diah ganti nomor handphone hingga saat ini aku kehilangan kontak. Semoga saja nasibnya baik dapat majikan seperti yang kita harapkan.

Itulah sedikit gambaran salah satu saudara kita yang bekerja di negeri kerajaan yang kaya dengan petro dolar. Banyak yang mengira kerja jadi TKI itu enak bisa kirim uang berjuta-juta, tapi mereka nggak tahu resikonya. Keluhan seorang pembantu, orang rumah tahunya minta kiriman nggak mau tahu kerjanya kadang nyawa jadi taruhannya. Untuk anda yang ingin kerja pergi ke luar negeri mohon di pikir matang-matang juga persiapan mental. Banyak contoh dan yang menjadi korbannya.

Minggu, 24 Juni 2012

Bulan Sya'ban

Beberapa hari yang lalu, aku bersih-bersih kamar untuk mengisi hari-hari libur dari pada nggak ada kegiatan. Di antara tumpukan kertas, aku menemukan lembaran tulisan yang isinya mengenai bulan Sya'ban. Mungkin ada manfaatnya bila aku tulis kembali bagi para pembaca yang belum sempat tahu makna dari bulan Sya'ban. Dalam kertas itu yang berjudul Bulan Sya'ban (Perkara Yang Disyari'atkan dan Yang Tidak Disyari'atkan), tidak disebutkan penulis atau penerbitnya.

Perkara Yang Disyari'atkan
1. Siapa yang memasuki bulan Sya'ban sementara dia punya qadha puasa Ramadhan, wajib baginya untuk segera menggantinya jika dia mampu, tidak boleh baginya untuk menundanya hingga setelah Ramadhan berikutnya jika tidak ada halangan.
    Siapa yang tidak mengganti qadha puasanya hingga berakhir bulan Sya'ban maka wajib baginya bertaubat atas kelalaiannya dan dia tetap diwajibkan mengganti puasanya tersebut ditambah membayar kafarat setiap hari yang ditinggalkan dengan memberikan kepada orang miskin satu mud beras (atau makanan pokok lainnya)
2. Disunnahkan untuk memperbanyak shoum (puasa) pada bulan Sya'ban, karena Rasulullah saw dahulu selalu melakukannya. Dalam kitab As-Shohihain (Shahih Bukhori dan Muslim) terdapat hadits Aisyah radiallahuanha, dia berkata: "Aku belum pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan shoum selama satu bulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku belum pernah melihat beliau memperbanyak shoum dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya'ban"
     Hikmah diperintahkannya untuk memperbanyak shoum pada bulan Sya'ban -wallahua'lam- adalah sebagai pembukaan bagi bulan Ramadhan yang diwajibkan shoum padanya, agar terlatih untuk melakukanshoum pada bulan tersebut.
3. Tidak boleh menyambung shoum pada bulan sya'ban hingga bulan Ramadhan. Sehari atau dua hari terakhirpada bulan Sya'ban harus dihentikan, kecuali jika pada hari itu berbarengan dengan hari yang biasa dia melakukan shoum padanya, seperti hari Senin atau Kamis, maka dia boleh melakukannya. Terdapat dalam kitab As-Shoihain dari hadits Abu Hurairah radiallahuanhu dari Nabi saw beliau bersabda: "Jangan kalian dahulukan Ramadhan dengan shoum sehari atau dua hari, kecuali (pada hari) yang dia (biasa) shoum, maka shoumlah"
     Para ulama menyebutkan hikmahnya dalam masalah ini, yaitu: "agar puasa bulan Ramadhan tidak ditambah dengan puasa selainnya sebagaimana untuk tujuan yang sama juga dilarang shoum pada hari raya (hari 'Ied). Begitu juga hikmah yang lainnya, sebagaimana diketahui bahwa antara perbuatan sunnah (nafl) dan perbuatan wajib (fardhu) hendaknya ada pemisah (jeda) waktu pelaksanaannya, sebagaimana antara sholat nafilah (sunnah) dan sholat fardhu".

Perkara-perkara Yang Tidak Disyari'atkan
1. Mengkhususkan hari dan malam Nihsfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban) dengan melakukan shoum dan sholat, semua perbuatan tersebut tidak ada riwayat yang shahih dari Rasulullah saw, juga dari para shahabatnya. Hal tersebut merupakan perkara yang diada-adakannya.
    Terdapat hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam sunnahnya, bahwa Rasulullah saw bersabda: "jika datang malam Nishfu Sya'ban maka beribadalah pada malam harinya dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah ta'ala turun pada hari itu saat matahari terbenam di langit dunia seraya berfirman: "siapa yang meminta ampun akan Aku ampuni, siapa yang meminta rizki akan Aku beri rizki, siapa yang sakit akan Aku sembuhkan". Hadits ini dilemahkan oleh Imam Bukhori dan lainnya.
2. Adapun mengenai keutamaan malam Nishfu Sya'ban, maka berkatalah Al-Hafiz Ibnu Rajab rahimahullah: "mengenai keutamaan malam Nishfu Sya'ban terdapat sejumlah hadits yang diperselisihkan kedudukannya, sebagian besar ulama melemahkannya, sedangkan Ibnu Hibban menyatakan shahih sebagiannya dan menempatkannya dalam kitab Shahihnya (Latha'iful Ma'arif: 143). Perlu diketahui bahwa Ibnu Hibban dikenal oleh ulama hadits sebagai orang yang menggampangkan dalam men-shahihkan hadits.
3. Disebagian tafsir disebutkan bahwa: Malam mulia yang padanya diturunkan Al Quran yang termasuk dalam firman Allah swt   (إنا أنزلنا في ليله مباركه)
adalah malam Nishfu Sya'ban. Pendapat ini keliru dan menyimpang dari kandungan Al Quran itu sendiri, dan para ulama telah membantahnya. Al Qurthubi seraya mengutip Abu Bakar bin Arabi berkata dalam tafsirnya: "diantara mereka ada yang mengatakan bahwa malam tersebut (maksudnya lailatul qadar) terjadi pada malam Nishfu Sya'ban, itu adalah pendapat yang keliru, karena Allah ta'ala tatkala berfirman dalam kitab-Nya menjelaskan bahwa waktu turunnya Al Quran adalah pada bulan Ramadhan dan kemudian menetapkan waktu malamnya dalam ayat (في ليله مباركه)
maka siapa yang menyangka bahwa hal tersebut terjadi pada waktu selainnya maka itu merupakan dusta yang sangat besar terhadap Allah ta'ala".