Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kereta BBM di Dukuh Lapang

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kenangan Masa Kecil

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Aku Jadi Teringat Sama Yatno

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Tempat Bermain Waktu Kecil

Senin, 25 November 2013

Jangan Suka Jajan Sembarangan

Teringat pesan itu dari seorang pengajar kepada anak didiknya supaya tidak jajan di sembarang tempat. Maksudnya agar anak yang jajan diluar terhindar dari penyakit, dikhawatirkan jajanan yang disajikan terkena kuman yang bisa menyebabkan sakit perut atau penyakit lainnya. Ternyata pesan itu bukan hanya berlaku untuk anak kecil yang masih sekolah, tapi juga buat orang dewasa atau yang sudah berumah tangga sekalipun.
 
Terispirasi dari kasus seorang istri yang tertular penyakit dari suaminya yang suka jajan di luar, dan seorang pengantin baru terjangkit virus yang membahayakan karena salah seorang pasangannya terjangkit penyakit. Saya akan menulis cerita yang berkaitan dengan orang yang suka jajan sembarangan.
 
Wakijo seorang buruh serabutan yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Dia tinggal bersama seorang istri di rumah sederhana peninggalan orang tuanya. Istrinya Turkiyem seorang istri yang baik nggak pernah nuntut macem-macem meskipun hidup serba kekurangan. Dalam rumah tangga yang sederhana hubungan rumah tanggnya cukup harmonis. Cuma sayang kadang Wakijo untuk keinginan hasrat biologisnya sangat tinggi. Sedangkan istrinya tanpa alasan yang pasti suka ogah-ogahan melayani suaminya.
 
Meskipun Wakijo sering pulang tidak membawa uang, istrinya suka menyambut kedatanagn suaminya dengan teh hangat walaupun dengan muka sedikit masam. Wakijo memaklumi karena istrinya sedang bingung untuk masak besok tidak ada. Sehabis isha Turkiyem ngelonin anaknya yang masih balita, Wakijo rebahan disampingnya. Setelah anaknya tertidur Wakijo minta jatah seperti biasa tapi istrinya menolak. Dengan sedikit rayuan dan janji supaya istrinya mau melayani tetap ditolak.
 
Dengan rasa kesal dan hati sedikit dongkol Wakijo keluar rumah untuk mencari angin untuk menghilangkan rasa yang sudah di ubun-ubun. Sebatang rokok yang masih terselit disaku menjadi teman Wakijo menuju taman yang ada di tengah kota. Sambil melihat banyak orang yang sedang menikmati malam, tiba-tiba Wakijo didekati seorang wanita dengan aroma parfum yang sangat menusuk hidung.
 
Tanpa basa-basi wanita itu memperkenalkan diri tapi Wakijo menanggapinya dengan dingin karena hatinya masih dongkol sama sikap istrinya tadi. Setelah bicara ngalor-ngidul tanpa ada arah pembicaraan yang jelas, diujung cerita terjadi tawar menawar harga. Wakijo teringat masih ada uang 20 ribu terselip di saku yang belum sempat di kasih ke istrinya upah dari bongkar muatan sebelum maghrib. Dari pada nggak dapat pelanggan fiukir si wanita itu, akhirnya menerima juga.
 
Baru sekali ini Wakijo akan melakukan perbuatan keji, dan baru sekali ini juga Wakijo mengkhiananti istrinya. Karena fikiran Wakijo sudah dirasuki hawa syetan makanya nurut aja waktu si wanita penjaja cinta itu mengajaknya ke semak-semak. Dengan beralaskan kardus Wakijo melampiaskan hasratnya, ternyata Wakijo menikmati service luar biasa yang belum pernah dia rasakan dari istrinya.
 
Setelah selesai Wakijo pulang dengan langkah gontai, apa yang baru dia rasakan tadi masih teringat dan menghantui fikirannya. Wakijo pengin mengulangi lagi tapi nggak punya uang. Sampai rumah istrinya sudah tertidur pulas. Dengan posisi istrinya tidur terlantang, Wakijo naik ranjang perlahan-lahan. Karena ingin sekali lagi menuntaskan hasratnya yang masih tersisa. Merasa kaget istrinya terbangun, memberontak. Sekuat tenaga Wakijo memaksa istrinya yang akhirnya pasah melayani juga. 
 
Paginya bangun tidur Wakijo ke kamar mandi. Di saat kencing ujung kemaluannya terasa pedih,dia kaget karena nggak biasa-biasanya. Sampai siang hingga sore kalau kencing lagi-lagi merasakan panas dan pedih pada kemaluannya. Wakijo mau beli obat nggak punya duit, apa lagi untuk berobat ke dokter. Selang dua hari istrinya terserang demam yang sangat tinggi. Dengan terpaksa Wakijo pinjam uang sama tetangga dan membawa istrinya untuk berobat juga.
 
Tentu pembaca sudah bisa menebak apa terjadi selanjutnya. Wakijo dan Turkiyem terkena penyakit menular yang sangat membahayakan. Nasi sudah menjadi bubur, penyesalan yang tersisa. Gara-gara istrinya nggak mau melayani dan suaminya akhirnya jajan diluar untuk menikmati nikmat yang sesaat. Penyakit yang mereka dapat setelah berbuat maksiat.
 
Tulisan ini semoga bisa bermanfaat, buat renungan untuk kita semua. Bagi yang masih lajang hindari pergaulan bebas. Untuk suami istri atau yang beruamah tangga hendaknya harus ada komunikasi supaya bisa saling mengeti diri masing-masing. Seandainya ada masalah atau halangan sesuatu katakan. Kalau ada cerita yang menyerempet ini hanya kebetulan belaka, dan tokoh karakter hanya karangan penulis saja. Tidak ada maksud tertentu dan mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang pantas dalam penyajian.