Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kereta BBM di Dukuh Lapang

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kenangan Masa Kecil

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Aku Jadi Teringat Sama Yatno

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Tempat Bermain Waktu Kecil

Minggu, 18 Juli 2010

belum ada judul

Seorang perempuan terlihat letih sambil menyusui anaknya yang masih kecil di bawah kolong jembatan. Dia sesekali mengibaskan tangannya karena kepanasan, suhu udara disekitarnya sangat menyengat. Apa lagi sekarang lagi musim panas, jadi walaupun ada angin terpaannya seperti menampar wajah. Sebuah gambaran nasib TKI yang nggak resmi ingin pulang ke tanah air, dengan menyerahkan diri berharap di ambil Jawazat (Petugas Imigrasi) dipulangin.

Yang bikin menyentuh hati, perempuan itu bawa anak kecil yang umurnya belum genap setahun. Kenapa harus menyerahkan diri menunggu di kolong jembatan? Sedangkan anakkya masih kecil. Dimana bapak anak kecil itu? Kalau bapaknya masih punya rasa tanggung jawab, kenapa nggak mau ngeluarin uang bayar lewat calo yang biasa mulangin orang umroh (istilah TKI ilegal)? Itulah resiko jadi seorang TKW yang nggak resmi, nikah (sah nggaknya hanya Allah yang tahu), punya anak, lalu pulang lewat tarhil (deportasi).

Masih mending punya suami yang sebangsa, kalau nikahnya sama bangsa lain? Atau (maaf) hasil dari kumpul kebo belaka? Sering kejadian para pekerja asal Indonesia menikah, punya anak lalu dipulangin. Hebatnya lagi seorang lelaki bisa punya istri lebih dari lima kali. Mungkin kalau yang belum pernah bekerja ke Timur Tengah ksususnya Arab Saudi, nggak bakal percaya. Tapi kalau yang yang sudah tahu, pasti cuma akan geleng2geleng kepala.

Kok bisa menikah dengan ganti-ganti perempuan seperti itu? Begitu mudahkan menikah di negeri orang? Status pernikahannya gimana? Bagaimana kehidupan sebenarnya sehingga bisa seperti itu? Masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang bikin orang penasaran tentang sisi lain kehidupan warga Indonesia yang menjadi TKI. Selain kabar dari televisi, radio dan koran tentang nasib TKI yang menjadi korban kebiadaban majikan sampai berita pembunuhan seorang majikan oleh TKI, serta ada juga berita TKI yang sukses.

Menikah di perantauan khususnya Arab Saudi punya alasan tersendiri. Dengan alasan menghindari zinah lalu mereka sepakat untuk mengingat dalam suatu perkawinan. Sedangkan perkawinan itu sendiri bisa disebut kawin Mut'ah, karena tidak adanya wali. Para pekerja migran yang bekerja tanpa suami istri sering(bersambung...)

Selasa, 18 Mei 2010

Abu Dikin (Masih Ada Yang Baik)

Entah ini suatu kebetelan atau memang saya tidak sengaja sering menjumpai beberapa kejadian, khususnya dengan orang-orang yang berjenggot panjang atau biasa di sebut 'abu dikin'. Kejadian-kejadian yang saya alami disini banyak sisi negatifnya daripada baiknya. Padahal orang yang berjenggot panjang itu umumnya mengikuti sunah rosul, dan tentunya tau hal-hal mengenai ajaran islam.

Namun yang saya jumpai justru orang-orang yang berjenggot panjang itu termasuk tidak mengamalkan ajaran-ajaran yang rosul wariskan. Bukan cuma sekali aku melihat dengan kepala sendiri kelakuan seorang abu dikin. Sampai saya heran, kenapa seorang muslimin yang dilahirkan dan hidup di negara kelahiran islam perbuatannya justru menurut saya nggak menerapkan pribadi seorang muslim.

Akan saya ceritakan kejadian-kejadian yang pernah saya alami mengenai orang yang berjenggot panjang. Kejadian ini mungkin bukan untuk yang pertama kali saya jumpai, namun saya akan mulai cerita;
Di sebuah Mustasaf (Poliklinik) di Jeddah, sehabis majikan berobat mobil saya di tempat parkir dihalangi mobil lain sehingga kami nggak bisa keluar. Waktu itu majikan dalam kondisi sakit dan harus cepat-cepat pulang ke rumah karena kondisinya lemah dan sering nggak bisa nahan kencing.

Saya masuk ke Mustasaf tersebut mengkonfirmasikan mobil siapa yang parkir menghalangi mobil saya. Beberapa orang saya tanyakan namun tak satu pun yang tahu atau mengakui mobil tersebut. Sampai di suatu ruangan tampak beberapa laki-laki sedang ngobrol sambil minum sahi, tetep nggak ada yang ngaku. Detik demi detik, menit demi menit berlalu, majikan sudah tampak kelelahan hingga hampir satu jam kami nunggu.

Nggak taunya, orang berjenggot yang tadi minum sahi sambil bercanda itu yang punya mobil. Seperti nggak punya salah dia cukup ngucap "malis" (maaf) sambil berlalu. Seandainya dia sendiri yang dihalangi mobilnya sama orang lain, kata maaf pasti belum cukup dan masih ditambahi kata-kata kotor dan kata-kata binatang yang sering di sebut orang- orang arab.

Kejadian yang kedua kualami di daerah Zahir Makkah. Sebuah mobil parkir di tengah jalan memacetkan jalanan sampai ngantri panjang. Padahal agak maju sedikit ada temapat kosong untuk parkir, kenapa nggak mau parkir walau dia cuma sebentar? Seorang abu dikin keluar dari laundri habis ngambil cucian. Tampak nggak punya salah langsung masuk ke mobilnya, padahal orang arab lainnya banyak mencaci karena ulahnya.

Berikutnya di Jarwal Makkah, ketika mobilku mau keluar menuju jalan raya dari pasar, sebuah mobil jep nyelonong masuk ke gang dengan kecepatan tinggi. Mobil saya di serempet yang sudah berhenti, dia tetep maju nggak mau berhenti. Sopirnya jenggotnya panjang, saya langsung tegur, "anda nggak punya sabar pak?". Dia langsung jawab. "sabar kalau sudah di kubur". "itu kah jawaban seorang muslimin?" kata saya lagi.

Dia nggak jawab, padahal di dalam mobil dia bersama keluarganya. Secara tidak langsung dia mengajarkan kepada anaknya yang masih kecil, tidak mengajari adab dan sopan santun di jalan. Anehnya orang arab kalau di bilang nggak punya adab marah. Tapi orang arab sendiri yang namanya adab, tata krama, sopan santun tidak diterapkan dalam sehari-sehari. Begitukah pribadi seorang muslim di arab?

Masih di daerah Jarwal Makkah, seorang abu dikin nggak punya aturan dalam mengendarai mobil. Dia habis belanja tanpa sabar langsung nyelonong keluar. Bukannya mengikuti arah kendaraan lain tapi dia melawan arah. Akhirnay terjadi kemacetan, sempat di bilangin orang arab lain untuk mengikuti jalur tapi dia malah nggak terima. Pertengkeran dan saling umpat pun akhirnya terjadi. Kok nggak punya malu ya?

Dan banyak lagi kejadian-kejadian yang saya alami mengenai orang yang berjenggot panjang atau abu dikin perbuatannya (masih menurut saya) nggak mikirin kepentingan orang lain. Bahkan sangat merugikan orang lain meskipun kalau dia sendiri nggak mau dirugikan barang sedikit. Bukan rahasia lagi kebanyakan orang arab nggak punya sabar, meskipun dia sering nasehatin orang lain suruh sabar.

Lain halnya denagan abu dikin yang saya kenal satu ini. Dia orangnya sopan nggak banyak omong, hafal al qur'an dan betul-betul beriman. Punya pembantu nggak pernah lirak-lirik seperti orang lain yang suka pegang-pegang (maaf) pantat pembantu. Kalau perlu sama pembantu manggilnya jarak jauh dan sama sekali nggak mau melihat wajah pembantunya sendiri apa lagi wanita lain.

Sembilan tahun saya mengenal abu dikin yang satu ini karena kebetulan saya bekerja di keluarganya. Dia mau menghargai orang lain dan tidak pernah menganggap pembantu sebagai budak, sepeti kebanyakan orang yang memperkejakan pembantu seenaknya sendiri tanpa mengenal waktu. Kadang pembantu punya waktu istirahat cuma empat jam dalam sehari semalam.

Bukan hanya di dalam rumah dia berbuat kebaikan, ketika keluar rumah pun dia sikapnya baik. Sering menasehati atau menegur orang lain untuk berbuat baik, kalau ada orang yang berbuat keburukan. Harapan saya semoga masih banyak oarang-orang yang berjenggot panjang melakukan hal kabaikan. Bukan munafik, jenggotnya panjang tapi perbutannya selalu merugikan orang lain.


Kisah-kisah di atas menjadi pengalaman pribadi saya selama bekerja di negeri kerajaan yang mayoritas muslim. Ternyata banyak hal yang saya ambil dari sisi positifnya, melatih kesabaran saya untuk menghadapi orang-orang yang nggak punya sabar. Meskipun orang tersebut tau tentang banyak hal mengenai pribadi sebagai seorang muslim dalam kesehariannya, termasuk kesabaran.

Kamis, 08 April 2010

Menelusuri Pelacuran Gelap WNI di Arab Saudi

Jika ingin membuktikan adanya jaringan pelacuran gelap warga negara Indonesia (WNI) di Arab Saudi, cobalah Anda menunggu di sekitar Toko Jawa atau Restauran Indonesia di distrik Syarafiyyah Jeddah, sekitar pukul 23.00 hingga dini hari. Dua atau tiga rombongan perempuan Indonesia akan keluar mengenakan pakaian abaya terbuka menunggu pelanggan datang. Di sini tidak ada wanita keluar malam tanpa didampngi muhrim kalau bukan pelacur, tutur Ketua dewan syura Partai Kebangkitan Bangsa Arab Saudi, Habib Sayed Mochsin Alhabshy, suatu ketika kepada Duta di Jeddah.

semula tidak sedikit pun terlintas dalam benak ada jaringan pelacuran gelap di negeri petrodolar Arab Saudi. terlebih kabar tersebut melibatkan ratusan wanita asal Indonesia. Namun, malam itu juga duta membuktikan. dari sebuah apartemen milik seorang kawantidak jauh dari tempat yang dimaksud, wartawan harian ini menunggu detik-detik keluarnya perempuan sebangsa menjajakan cinta sekejap kepada bangsa lain di negeri orang. Malam itu sudah menunjukan pukul 23.30 Waktu Arab Saudi (WAS), namun baru muncul seorang wanita ditemani seorang pria. Keduanya berumur  sekitar 25 tahunan. Wanita berkaca mata itu membuka penutup kepalanya  dan tampak jelas rambut cekak seleher. Sementara abaya hitamnya dibiarkan terbuka sebagai tanda dia sedang mengundang para calon pelanggan. sambil melintas di sekitar remang 'pohon Soekarno' tidak jauh dari lokasi, sayup-sayup terdengar logat dialek wanita itu berasal dari sebuah daerah di jawa Barat.

Duta terus memperhatikan gerak-gerik mereka dari mobol da iparkir sekitar 300 meter dari lokasi. Tidak lama kemudian muncul lagi dua wanita sejenis dari sebuah taksi. Persis seperti wanita pertama, keduanya juga mengenakan pakaian abaya hitam dengan penutup kepala dibiarkan terbuka. malam semakin larut, pagi pun datang. Satu persatu wanita Indonesia itu habis dibawa oleh seseorang yang entah berkebangsaan mana. Yang jelas, wanita Indonesia di Arab saudi terkenal tidak berharga alias murah. Mereka yang ingin menyalurkan hasrat biologisnya dengan cepat, cukup menyediakan dana 50 Real Saudi untuk sekali pakai.

Pada hari berikutnya, Duta sengaja berkeliling dengan taksi di daerah penampungan yang banyak dihuni oleh para tenaga kerja wanita Indonesia (TKW) yang melarikan diri dari majikan. dari daerah seperti inilah, menurut kesaksian sejumlah mukimin Indonesia di jeddah, biasanya banyak wanita penjaja cinta lahir. Para wanita penghibur Di Arab Saudi biasanya disebut dengan 'sarmut' alias WTS.
'Indonesia sagir, suwaya'. (maaf; barangnya wanita Indonesia kecil-kecil dan permainannya pelan-pelan) ujar sopir taksi yang mengaku dari Bangladesh itu. Bahkan pada kesempatan lain ada sopir taksi dari Pakistan menanyakan stok wanita panggilan dari Indonesia yang siap dikencani.

Pelacuran terselubung wanita Indonesia di jeddah ternyata sudah bukan rahasia lagi, mulai dari bisik-bisik para TKI hingga bangsa negara lain turut membicarakan wanita Indonesia. Bahkan ketika Duta bertemu dengan ustazd Fudoili, seorang aktifis Partai Keadilan Arab Saudi , di menunjukan foto seorang wanita Indonesia sedang setengah telanjang digandeng dua pria bangladesh. "Foto ini sudah pernah saya kirim ke Habib Riezik Shihab (komandan FPI) di Jakarta agar menekan pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan  baru dalam pengiriman TKW)" ujarnya.

Kurang Pendidikan

Menurut mukimin ini, banyak wanita Indonesia jatuh ke dalam lembah nista di Arab saudi karena sebagian besar TKW yang dikirim pemerintah kurang berpendidikan dan berangkat tidak disertai suami. peran suami bagi seorang TKW dirasakan sangat berpengaruh terhadap kemungkinan seseorang jatuh dalam lingkaran setan pelacuran gelap. sebab, para hidung belang tidak akan memiliki kesempatan menjebak TKW jika jelas ada suaminya.

"ada seribu alasan wanita Indonesia menjadi sarmud di negeri orang. Sebagian besar mengaku pada awalnya melarikan diri alias kabur dari majikankarena mengalami pelecehan seksual. Jumlahnya mungkin 60% hendak diperkosa, 20% over time tidak sesuai dengan perjanjian kerja, ada lagi karena gaji tidak dibayar sekitar 20%. Lari dari majikan bagi TKW kita sama dengan masuk ke mulut singa. Oleh karena pendidikannya rendah, mereka tidak mengetahui prosedur melapor ke perwakilan RI, dan memilih minta tolong kepada sembarang orang, terutama tukang taksi. Tragisnya, dari kasusu yang sering terjadi , TKW ini tidak dibawa ke KJRI, tapi diboyong ke flat sopir taksi tersebut kemudian di sana dikerjain." tutur Ustazd Fudoili.

Masih menurut keterangan  pengurus Islamic Center Indonesia di Jeddah itu, berdasarkan pengalam di lapangan, TKW yang berangkat bersama suami biasanya bekerja serumah atau di lain tempat, tapi jika ada masalah, keadaannya tidak pernah separah nasib TKW yang sendirian. Yang menyedihkan, wanita-wanita Indonesia yang malang tersebut terkenal paling mudah dikerjai oleh para pecundang, sementara para tukang aksi sendiri sudah mengetahui persis posisi sulit yang sedang dihadapi TKW tersebut. Apalagi jika diketahui mereka berangkat ke Saudi tidak disertai suaminya, semakin terbuka jalan menjadikan TKW tersebut sebagai 'barang simpanannya'. Biasanya, tukang taksi yang paling sering menyimpan stok wanita Indonesia berasal dari bangladesh dan Pakistan, meski tidak sedikit juga sopir taksi dari negeri sendiri yang tega menjadikan mereka sebagai barang simpanannya. Belakangan ada kecenderungan oknum sopir taksi Indonesia yang justru mencari TKW kaburan untuk diperdagangkan kembali dengan harga mahal.

Menyimpan wanita bukan muhrimnya di flat atau apartemen adalah perkara mudah. Sebab, peraturan pemerintah setempat yang mensyaratkan penyewaan flat harus dengan bukti surat keluarga (Ailah) tidak berlaku ketat. Terlebih tidak ada kontrolkuat dari pemilik imarah (apartemen, mirip rumah susun di Indonesia) sehingga para penyewa dapat dengan mudah memasukan orang lain kapan saja tanpa diganggu tetangga sebelah. Kesaksian wartawan harian ini selama menelusuri tempat-tempat  yang diduga kuat dijadikan sebagai tempat pelacuran gelap dan terselubung membuktikan bahwa pasangan kumpul kebo bebas kencan di flat-flat  yang disewakan di Jeddah. Di tempat ini, jika mata kita jeli dan rajin 'belanja' akan menjumpai beberapa wanita Indonesia berpakaian seronok nan menantang.

Lalu bagaiman wanita malang yang 'ditolong' sopir taksi itu? Ternyata mereka dijadikan simpanan selama berbulan-bulan. Diberi makan, difasilitasi tempat tinggal dan diberi uang pegangan. Setelah kenyang, dijual ke temannya dengan harga 50 real untuk sekali pakai. mengenaskan sekali TKW kit. Apalagi sebagian besar sopir taksi dari Bangladesh dan Pakistan di sini tidak datang dengan istri, persisi seperti TKW kita yang tidak didampingi suami. Cerita ini benar-benar banyak terjadi. "Sampai ada pembicaraan, umpama hadis, pasti kabar ini sahih (valid)," kata ustazd Fudoili.

Sabtu, 03 April 2010

Nakerwan Jadi Watunas Tidak Hanya Di Arab Saudi

Kalangan DPR menyatakan sangat prihatin karena banyaknya tenaga kerja wanita Indonesia (Nakerwan) yang terjerumus menjadi wanita tuna susila di Arab Saudi. Terjadinya perbuatan yang tidak terpuji itu merupakan kesalahan besar dari sejumlah perusahaan pengerah tenaga kerja Indonesia.
"Tidak jelas,untuk apa para Nakerwan itu diberangkatkan ke Arab Saudi. Akankah dijadikan pembantu rumah tangga ataukah bekerja di bidang lainnya. Akibatnya, diantara mereka itu terjerumus di dunia prostitusi yang sangat ditentangkan oleh moral bangsa."

Keprihatinan itu pernah disampaikan oleh anggota DPR, "hal yang menyentuh secara kewanitaan karena terjadi kepada para Nakerwan yang seharusnya mendapat perlindungan dari perlakuan yang tidak baik,ini sangat memalukan. Mengapa masih terjadi pelecehan Nakerwan di Arab Saudi."

Pernah anggota Komisi VI DPR yang membidangi masalah tenaga kerja, menemukan adanya TKW yang menjadi Watunas,seperti laporan dari Konjen RI di Jeddah.
Sementara itu anggota komisi I DPR mengatakan, Nakerwan yang menjadi pelacur tak hanya di Arab saudi atau Jeddah saja, tapi terjadi di hampir semua negara yang menjadi tujuan TKI seperti Jepang, Hongkong, Malaysia dan negara-negara lainnya. Hal ini bisa dibuktikan di tempat-tempat pelacuran konsumen ditawarkan wanita penghibur dari berbagai negara. Di situ bisa dipilih apakah wanita dari Indonesia, Vietnam atau Filipina.

Untuk mengetahui Nakerwan yang menjadi pelacur di negara tujuan itu bukan hal sulit. sebab mereka ini ada yang mengkoordinir di dalam satu kompleks khusus, sehingga siapapun bisa mengetahui dengan mudah.
Persoalan itu juga bukan hal baru sehingga justru mengherankan jika saat ini baru dipersoalkan. Kalau bermaksud menyelesaikan persoalan ini hendaknya sejak persoalannya belum mencuat dan separah seperti sekarang ini.

Mestinya pemerintah cepat tanggap sejak persoalan ini muncul ke permukaan, jangan dibiarkan berlarut-larut. Kalau dibiarkan terus mengesankan Indonesia ini mampu mengekspor ribuan TKI tapi kenyataannya justru ekspor prostitusi. Anggapan ini sudah berkembang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengekspor wanita penghibur itu.

Kata anggota komisi I DPR mengatakan, kesulitan pemerintah dalam mengatasi persoalan ini karena tiadanya koordinasi yang baik antara instansi terkait. Bahkan antara instansi itu sepertinya tak ada koordinasi sehingga persoalannya semakin parah. Karena itu perlu aada koordinasi yang lebih intensif.
Rendahnya kualitas TKI juga menjadi penyebab makin banyaknya Nakerwan yang melacurkan diri. Karena mungkin karena tekanan hidup atau mereka melarikan diri sehingga akhirnya melacurkan diri.

Masalah morah
Kata anggota DPR, masalah Nakerwan adalah masalah moral dan itu bukan masalah antar negara. Setelah di sana baru menjadi masalah negara. Karena asal mulanya mereka mencari kerja untuk memenuhi kebutuhan. Kalau mereka memang mau menjadi watunas itu hanya masalah moral, tapi kalau mereka tak mau harus pulang saja. Masalah mereka melacurkan diri mungkin karena tekanan masalah ekonomi. Namun sesungguhnya siapa yang mau mengorbankan harga diri untuk ajdi pelacur kalau tidak terdesak ekonomi. Mereka sudah terlanjur terdesak  oleh kebutuhan hidup, disamping itu mereka tak punya skill.

Untuk meloloskan mereka ke luar negeri, calo merekayasa data mereka. Padahal tenaga yang dikirim kesana sesuai permintaan yang punya skill tertentu, bukan yang tidak punya skill. Kita kurang jujur, sebab permintaan itu ada kriteria-kriterianya. Ini kembali lagi masalah moral.
Penyelesaiannya, semua instansi terkait harusemperketat pengawasan. Kita tahu pemerintah ingin meningkatkan taraf hidup rakyat lebih tinggi. Jangan sampai itikad baik pemerintah merugikan nama baik pemerintah. Karena itu, semua pihak terkait betul-betul memperhatikan semua kebutuhan yang berlaku.

Sementara itu Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja di Luar Negeri (Binapenta) Depnaker RI Di Cikarang Bekasi mengatakan, tenaga kerja wanita (Nakerwan) yang dikirim secara legal (sah) tidak mungkin bekerja menjadi wanita tuna susila (watunas) di Arab Saudi.
Penempatan TKI di luar negeri dilakukan secara ketat. TKI, termasuk tenaga kerja informal, seperti pembantu rumah tangga, dipersiapkan di tanah air setelah pihak pengguna jasa (user) memberikan job order. Jadi, TKI tidak akan ditempatkan jika tidak jelas job order-nya, katanya.

Meskipun Nakerwan bekerja di sektor iknformal, tetapi antara Nakerwan dengan pengguna jasa (majikan) diikat dalam suatu perjanjian. "kedua belah pihak mengetahui hak dan kewajibannya." Tapi sayang semua itu hanya formalitas belaka. Seharusnya instansi terkait melihat langsung kenyataan yang di lapangan, hak dan kewajibannya sudah berjalan seimbang apa belum. Jangan para TKI yang menjadi korbannya di negara lain. (Ant)

from: john MacDougallapakabar@clark.net
date: Sat Feb 08 1997 

Kamis, 01 April 2010

Manusia

Islam selalu mengajarkan agar manusia selalu berbuat baik, sekalipun orang itu pernah berbuat jahat terhadapnya.
Al Qur'an mengajarkan supaya manusia tetap suci, tapi tidak dengan jalan dikebiri.
Manusia harus berbakti kepada Tuhan, tetapi jangan menjadi rahib.
Manusia harus berendah diri, tetapi jangan melupakan harga diri.
Manusia dapat menggunakan hak-haknya, tetapi dengan tidak mengganggu hak-hak orang lain.
Manusia diwajibkan mendakwahkan agama, tetapi dengan cara yang bijaksana.

MUSIBAH

Mobil nyrempet sepeda, mungkin anda sering dengar. Tapi kalau sepeda nyrempet mobil, ini yang baru saja aku alami. Tadi sepulang dari Abhur mau menuju ke Makkah kira-kira sudah dua puluh kiloan perjalanan, madam lupa kunci rumahnya di mobil mercedes. Akhirnya aku ambil lajur jalan lambat untuk putar balik. Karena jalan yang aku lalui dua arah laju mobilku pelan-pelan.
Tiba-tiba sepeda yang tadinya berjalan beriringan langsung belok nyrempet bagian belakang mobilku. Aku langsung berhenti, anak majikan turun dari mobil. Orang Yaman yang naik sepeda minta maaf, karena dia merasa salah. Untung orangnya tidak apa-apa. seandainya kejadian seperti ini di Indo, mungkin aku sudah di peras aparat.
Jadi teringat kejadian musim haji tahun 2006 lalu, musibah itu terjadi di tempat parkir haji Kudai. Waktu itu habis isya aku mau ngisi zamzam di Kudai. Selepas lampu merah aku langsung tancap gas beriringan dengan bus. Bus mengerem mendadak, tiba-tiba depanku seorang kakek-kakek menyebarang. Aku langsung mengerem sekuat tenaga.
Namun nasib kurang baik berpihak padaku. Terlihat si kakek tadi terkapar di trotoar dengan bersimbah darah, dalam benakku ini sangat parah. Aku sempat mau di pukul oleh seseorang dengan bahasa asing yang baru aku dengar. Datang polisi aku langsung diamankan. Selang beberapa lama ambulance datang, di bawa si kakek tadi entah kemana.
Aku telpon majikan, dia sedang di Jeddah. Aku di bawa mobil polisi ngikuti mobil ambulance tadi. Ternyata di bawa ke Rumah Sakit Noer. Aku belum tahu orang mana yang aku tabrak. Polisi yang membawaku menghibur hatiku, katanya kamu tenang aja orangnya nggak apa-apa. Gimana aku bisa tenang tadi lihat darah mengucur dari tubuhnya?
Anak majikan datang mencari orang yang baru aku tabrak di Instalasi Gawat Darurat, aku masih duduk di mobil polisi. Dua puluh menit berselang anak majikan keluar sambil memapah si kakek tadi. Aku baru tahu, ternyata kakek itu jama'ah haji dari Rusia. Nginapnya di mobil yang di parkir di tempat parkiran Kudai. Kami di ajak ke Pos Polantas di Aziziah.
Ternyata banyak kasus kecelakaan jadi kami harus ngantri nunggu giliran di panggil ke ruangan. Depan pintu masuk ada ruangan untuk penjara, kulihat ada puluhan orang yang masuk di ruang penjara. Giliran kami di sidang, polisi itu nanya sama si kakek.
"Anda mau nuntut apa sama dia" kata polisi sambil nunjuk ke aku.
"Nggak, aku nggak mau apa-apa. ini musibah dari Allah, aku menerimanya", jawab si kakek yang ditejemahkan oleh salah seorang temannya. Ternyata yang dari tadi mendampingi kakek orang Rusia yang bisa bahasa Arab.
"Mungkin suatu hari anda sakit atau apa, atas kejadian ini. Mau minta ganti rugi nggak?" tanya polisi lagi.
"Pokoknya aku ikhlas" jawab si kakek singkat.
Cuma diajukan pertanyaan seperti itu, lalu kami di suruh menanda tangani surat perjanjian. Setelah salaman urusan kelar. Di Saudi kalau ada kasus semacam itu, bila dari pihak korbannya nggak terima baru urusannya berlanjut. Andai kejadiannya di Indo, aku harus mengeluarkan banyak biaya. Biaya pengobatan, uang kaget dan biaya-biaya lainnya.
Semua ini pengalaman yang sangat berharga untuk lebih hati-hati lagi dalam mengemudi. Aku yang sudah hati-hati aja kadang orang lain yang nabrak. Sudah sering bukan cuma sekali mobilku di tabrak orang Arab, orangnya hanya minta maaf. Masih mending minta maaf, kadang malah menyalahkan. Tapi kalau yang menabarak pendatang marahnya minta ampun, minta ganti rugi segala.

Rabu, 31 Maret 2010

Perjalanan Hidup

Hari ini,akhir Maret 2010 aku belajar mulai menulis apa yang ada dan terjadi dilingkungan sekitarku, di negeri kerajaan Arab Saudi. Untuk berbagi pengalaman bagi yang sudah pernah atau belum menginjakkan kakinya di negara gurun pasir. Banyak berbagai cerita dari para TKI khususnya yang bekerja di Arab Saudi, yang sebenarnya jauh dari perkiraan banyak orang yang mayoritas penduduknya islam.
Aku tidak pernah punya niat, angan-angan apalagi keinginan untuk bekerja ke luar negeri., seperti sekarang ini di Arab Saudi. Sewaktu masih di PT pikiran saya bekerja di Arab Saudi bisa sambil ibadah, karena ada Masjidil Haram Makah serta bisa ziarah di Masjid Nabawi Madinah. Ternyata tidak semua TKI bisa bebas ibadah untuk melaksanakan umroh atau sekedar sholat di Haram.
Kadang TKI yang tinggal di Makkah aja mau umroh tidak diizinin sama majikan. Bagaimana dengan yang dapat majikan di kota lain? Tergantung nasib, nggak semua TKI bernasib baik. Banyak teman-teman kita yang bekerja tidak selayaknya dipekerjakan secara manusiawi. Mereka mengganggap budak seperti jaman jahiliyah dipekerjakan seenaknya.
Alhamdulillah aku termasuk yang beruntung dapat majikan baik, hingga sekarang aku bekerja ikut majikan menginjak sepuluh tahun jalan. Teman-teman satu PT banyak yang bernasib kurang mujur, pada kabur dari majikannya bahkan ada yang dipulangin sebelum masa habis kontrak. Di samping nggak kuat dengan pekerjaan, majikannya cerewetnya minta ampun sampai gaji tidak dibayar sesuai perjanjian.
Semoga apa yang akan aku kisahkan nanti bisa menjadi pertimbangan teman-teman, yang ingin atau mau bekerja di luar negeri khususnya Arab Sadi. Jangan karena melihat tetangganya yang sukses bekerja di Arab, lalu ingin ikut-ikutan mengadu nasib di negeri onta. Lihat contohnya di TV atau koran-koran apa yang sering terjadi terhadap para TKI di luar negeri.
Ada pepatah lebih baik hujan batu di negeri sendiri, dari pada hujan emas di negeri orang.  

Selasa, 30 Maret 2010

Stasiun Balapulang

Jaman dulu orang mengatakan kereta api itu sepur. Sepur dalam bahasa jawa 'asepe metu nduwur'. Sepur merupakan peninggalan jaman penjajahan Belanda dulu di Indonesia. Banyak manfaatnya yang dirasakan masyarakat kita sebagai alat transpotasi. Tidak semua kota maupun desa yang dilalui rel kereta di bangun stasiun, tempat pemberhentian untuk menaikan atau menurunkan penumpang. Balapulang termasuk salah satu kota kecamatan yang ada stasiunnya. Stasiun yang letaknya kurang lebih 90 DPL ini merupakan salah satu bangunan peninggalan Belanda, didirikan oleh Javasche Mij Belanda pada tahun 1885-1886. Saat ini Balapulang masih dilewati oleh kereta api lintas Tegal - Prupuk untuk mengangkut BBM dari Maos Cilacap menuju depo Pertamina UPPDN IV Jawa di Tegal. Jalur rel kereta api ini juga merupakan jalur alternatif jika pada jalur kereta api Cirebon - Brebes - Tegal mengalami banjir. Maka semua kereta api lintas utara dialihkan melalui Cirebon - Prupuk - Tegal melewati Stasiun Balapulang.