Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kereta BBM di Dukuh Lapang

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Kenangan Masa Kecil

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Aku Jadi Teringat Sama Yatno

Stasiun Balapulang

Stasiun Balapulang
Tempat Bermain Waktu Kecil

Kamis, 20 November 2014

Korban Jejaring Sosial

Serapat-rapatnya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga. Peribahasa itu memang sudah tidak terdengar asing lagi di telinga kita, namun banyak orang yang tidak menyadari. Bahwa melakukan hal sesuatu pasti ada resikonya dan hal itu jarang disadari.

Seperti yang pernah saya alami beberapa tahun silam (maaf bukannya saya sedang mengungkit masa lalu), tapi baru beberapa hari ini saya menemukan jawabannya. Dan semoga ini hanya dugaan saya dan semuanya tidak benar, karena yang timbul nantinya akan menjadi fitnah.

Beberapa tahun yang lalu, rumah tangga kami sempat mendapat cobaan yang sangat berat. Sehingga meninggalkan trauma dan kegetiran dalam hidup saya. Dimana dimulai saat istri mulai berubah sikap (mungkin hanya perasaan saya), tapi lama-lama rasanya hati nggak tahan juga.

Dengan adanya jejaring sosial yang dimiliki istri saya seakan perhatiannya lebih ke temannya dari pada saya sebagai suami. Dia sering curhat ke orang lain, tanpa sadar dengan membuka aib rumah tangganya sendiri. Parahnya lebih percaya temannya yang baru dikenal dari pada suami.

Tanpa bosan saya sering nasehatin jangan mudah percaya sama orang yang baru kamu kenal, tapi dasar orangnya keras dan hatinya tidak bisa tersentuh sedikit, dia malah balik marah. Cuma bisa pasrah dan menangis dalam hati. Sering aku merasakan nyeri di dada tapi saya diamkan.

Percuma juga kalau saya ngomong orang nyatanya dia lagi tergila-gila dengan temannya lewat jejaring sosial. Saya mengakui ada kekurangan dalam diri saya yang belum bisa membahagiakan istri, tapi bukannya aku tanpa usaha untuk meperbaiki diri.

Namun kenapa semua harus di ungkap ke orang lain? Apakah sudah tidak takut lagi dengan yang namanya dosa? Dari hari ke hari semakin dingin sikapnya, sampai saya punya niat jelek. Tapi segera aku tepis karena aku ingat dengan buah hatiku yang masih butuh perhatian.

Saya tak ingin mengulang untuk yang kedua kalinya menyakiti perasaan anak darah dagingku sendiri.
Masih menyisakan penyesalan yang tiada tara, yang belum bisa saya tebus semua kesalahanku. Saya sebagai manusia lemah lama-lama hilang juga kesabaranku.

Kesabaranku menghadapi istri seperti meletusnya gunung berapi saat itu, dimana saya sebagai suami seakan harga diriku di injak dengan bentakannya yang keras. Secara reflek saya langsung meludahi istriku, perbuatan itu jelas-jelas saya salah. Tapi bukan tanpa sebab saya melakukan itu.

Hingga akhirnya istri minta pisah. Saya tidak akan menyangka istri akan mengucapkan kata-kata itu tanpa ada orang lain dibelakangnya. Bahkan istri bilang ada orang lain yang mengisi hatinya bukan saya. Kata-kata itu akan selalu saya ingat dan tidak akan lupa. Sampai saya ingin tahu ada apa dengan semua itu.

Ternyata Allah membukakan jawaban atas apa yang pernah menjadi pertanyaan dalam hidup saya. Tanpa sengaja saya membuka-buka handphone punya istri yang sekarang di pegang anak saya. Betapa terkejutnya ketika ada photo laki-laki lain berdampingan dengan istri saya (editan: pen).

Secara hati-hati saya menanyakan photo laki-laki yang sendirian, takutnya kalau tanya langsung bakal meledak amarahnya. Jawaban istri saya itu pacar teman karibnya yang sekarang sudah tidak bertemanan lagi. Selang beberapa harinya saya tanyakan lagi photo dia yang berdampingan dengan lelaki itu.

Baru terungkap alasannya itu dulu waktu masih belum kenal saya. Padahal saya sudah dinasehatin teman istri saya yang pulang. Tapi saya masih percaya sama istri saya ketimbang temannya. Dan istri saya bilang lagi dia sering curhat waktu rumah tangga kami punya masalah.

Sedangkan saya dinasehatin temannya jauh-jauh beberapa bulan sebelum teman istriku pulang. Saya dari situ sudah mulai curiga dengan gelagat istri saya. Tapi belum ada buktu sampai-sampai saya mencoba buka-buka akun miliknya.

Kalau lihat di tanggal photonya, memang photo itu dibuat sebelum kami bertengkar. Tapi sudahlah saya nggak mau nambah masalah dalam keluarga saya, jadi sudah tidak saya bahas lagi. Takutnya malah istri marah-marah dan yang kena korbannya anak-anak kami.

Semua pengalaman itu saya ambil hikmahnya, semoga apa yang pernah saya alami jangan sampai terjadi dengan orang lain. Jejaring sosial yang sekarang ini semakin marak banyak yang telah menjadi korban. Tinggal bagaimana kita bisa menyikapi fasilitas yang ada di handphone untuk kegiatan yang lebih berguna dan bermanfaat.

Dan semoga saja jangan sampai terulang untuk kedua kalinya menimpa keluarga saya yang menyebabkan rumah tangga hampir berantakan. Saya berharap sama istri kalau ada masalah bisa diselesaikan atau dibicarakan bersama, jangan selingkuh dibelakang. Kalau memang ada kekurangan dalam rumah tangga, bicarakan bersama jangan sama orang lain.

Kita hancur orang lain yang tidak suka akan bertepuk tangan merayakan kemenangannya. Seandainya rumah tangga kita rapuh, bagaimana caranya supaya kuat menjadi kokoh. Bukannya minta bantuan orang lain yang justru akan menggerogoti dan menghancurkannya.

Renungan malam ini sengaja saya tuangkan dalam tulisan ini, sekali lagi tidak ada maksud atau hal lain untuk membongkar aib orang. Tapi pengalaman ini akan menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam rumah tangga kami. Supaya kelak dapat berjalan sesuai ridho Allah dan sesuai dengan tuntunan kanjeng nabi Muhammad SAW... Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar